Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup warganya dan mengurangi dampak negatif penggunaan teknologi berlebihan, sebuah kota di Jepang menerapkan kebijakan unik dengan membatasi penggunaan smartphone hanya dua jam sehari. Langkah ini diambil sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat dan peningkatan keseimbangan digital di tengah meningkatnya ketergantungan terhadap perangkat digital di kalangan penduduk kota tersebut.
Kebijakan ini pertama kali diumumkan oleh pemerintah kota Suginami, Tokyo, pada awal tahun 2024. Menurut walikota setempat, kebijakan ini dirancang untuk melindungi warga dari dampak buruk yang sering dikaitkan dengan penggunaan smartphone secara berlebihan, seperti gangguan tidur, penurunan konsentrasi, dan bahkan masalah kesehatan mental seperti stres dan kecemasan. Selain itu, langkah ini juga bertujuan untuk mendorong warga agar lebih aktif secara fisik dan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan sesama.
Penerapan kebijakan ini dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah pengembangan aplikasi resmi yang membantu warga memantau waktu penggunaan smartphone mereka. Aplikasi ini akan secara otomatis membatasi akses ke berbagai aplikasi tertentu setelah batas waktu dua jam tercapai, kecuali untuk keperluan darurat atau pekerjaan penting. Pemerintah kota juga melakukan sosialisasi melalui media, seminar, dan kampanye edukasi tentang pentingnya pengendalian penggunaan teknologi.
Kebijakan ini mendapat berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian besar warga menyambut positif langkah ini karena mereka menyadari bahwa penggunaan smartphone yang berlebihan dapat mengganggu produktivitas dan kesehatan mereka. Banyak yang merasa senang karena kebijakan ini membantu mereka untuk menata kembali prioritas dalam kehidupan sehari-hari, seperti lebih banyak berolahraga, membaca buku, atau menghabiskan waktu bersama keluarga.
Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik kebijakan ini. Beberapa kalangan menganggap bahwa pembatasan waktu penggunaan smartphone terlalu ketat dan tidak realistis, terutama bagi mereka yang bergantung pada perangkat digital untuk pekerjaan atau komunikasi penting. Ada juga kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat membatasi kebebasan individu dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Pemerintah kota Suginami berpendapat bahwa kebijakan ini bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan warga. Mereka menegaskan bahwa tujuan utama adalah menciptakan lingkungan yang sehat secara mental dan fisik, serta mendorong masyarakat untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang. Selain itu, pihak kota juga mendorong warga untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial, olahraga, dan pengembangan diri, sebagai alternatif dari penggunaan smartphone yang berlebihan.
Langkah ini diikuti oleh beberapa kota lain di Jepang yang mulai mempertimbangkan kebijakan serupa, mengingat tingginya angka ketergantungan terhadap teknologi digital di seluruh negeri. Jepang sendiri dikenal sebagai negara dengan tingkat penggunaan teknologi yang tinggi, namun juga sedang berusaha menyeimbangkan manfaat dan risiko dari penggunaan perangkat digital.
Secara keseluruhan, kebijakan pembatasan penggunaan smartphone di kota Suginami ini menjadi contoh inovatif dari upaya pemerintah lokal dalam mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat dan seimbang di era digital. Meskipun masih dalam tahap awal, langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif jangka panjang terhadap kesejahteraan masyarakat dan menciptakan contoh bagi kota-kota lain di seluruh dunia untuk mengikuti.